Tresno - Makaryo - Guyub )|( Ngajewantahaken Indonesia Ingkang Adil lan Sejahtera

Friday, November 17, 2006

Wisata Hutan di CEPU

Wisata HutanMengintip "Surga"dari Blora
Blora, kabupaten yang terletak paling timur Jateng ini, terbukti cukup jeli dalam menggarap sektor wisata. Sadar bahwa daerahnya lebih banyak dikepung hutan jati, maka Pemkab setempat tidak punya keinginan membangun kawasan wisata lain kecuali mengoptimalkan potensi hutan yang telah dimilikinya.
Sejak kawasan hutan yang terbentang luas dimaksimalkan sebagai tempat wisata, Blora langsung merengkuh dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama, berupa pemasukan retribusi yang terbukti mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keuntungan kedua, berupa pengakuan dari masyarakat luar daerah, bahwa ternyata Blora tidak seburuk yang dikatakan orang.
Kini, banyak wisatawan dalam negeri maupun manca negara merasa penasaran jika belum menyaksikan potensi wisata hutan di Blora. Beragam cerita yang berkembang mengatakan, apabila kita menelusuri kedalaman hutan di Blora, maka kita akan bisa mengintip keindahan "surga".
Salah satu sarana bagi wisatawan untuk dapat mengintip keindahan "surga" tadi antara lain dengan memanfaatkan Loko Tour. Loko Tour ini merupakan paket perjalanan wisata di Hutan Jati KPH Cepu, Blora, dengan rangkaian kereta api yang ditarik lokomotif tua buatan Berliner Maschinenbaun, Jerman, tahun 1928.
Obyek utama perjalanan ini adalah melihat hutan jati (tectoca grandis) yang dikelola dengan memperhatikan azas kelestarian hutan. Loko Tour yang dipersiapkan khusus untuk kaum wisatawan, rutenya sangat panjang. Dengan melintasi hutan jati di wilayah BKPH Ledok, Kendilan, Pasar Sore, Blungun, Nglobo. Cabak, dan Nglebur. Dalam ketataprajaan, lokasi-lokasi tersebut berada di wilayah Kecamatan Cepu, Sambong, Jepon, Jiken, Kabupaten Blora. Sedang dua wilayah lainnya, masuk wilayah Kecamatan Kasiman, Bojonegoro, Jatim.
Untuk menuju Loko Tour, para wisatawan dapat menempuhnya dengan kendaraan roda empat atau bus melalui jalur Surakarta-Ngawi-Cepu (122 kilometer), Surakarta-Purwodadi-Blora-Cepu (161 km), Semarang-Purwodadi-Blora-Cepu (162 km), Semarang-Kudus-Rembang-Cepu (182 km), dan Surabaya-Bojonegoro-Cepu (149 km).
Khusus perjalanan yang ditempuh dari Surakarta, meskipun agak jauh namun lebih menguntungkan bagi wisatawan. Sebab pada jalur ini, wisatawan dapat singgah terlebih dulu di Museum Purbakala Sangiran Kabupaten Sragen, atau menyaksikan keajaiban alam Bledug Kuwu di Grobogan. Bledug Kuwu merupakan daerah penghasil garam tradisional, dimana bahan baku air asinnya bersumber dari kawah yang terlontar dari dalam tanah.
Sejumlah obyek wisata yang bisa disaksikan dalam paket Loko Tour tadi selain lokomotif tua buatan tahun 1928, juga ada Bengkel Traksi, TPK Batokan, Bergojo, Kegiatan Pengelolaan Huta Jati berprinsip pada azas kelestarian hutan (penanaman, pemeliharaan, tebangan, saradan, angkutan), serta Gubug Payung.
Bergojo, adalah semacam tempat penampungan air untuk keperluan lokomotif yang terletak di tengah hutan. Di sini, lokomotif akan berhenti sejenak mengisi air. Ketika loko diisi air, para wisatawan diizinkan turun untuk menyaksikan keelokan hutan Blora yang terkenal dengan para pencuri kayunya itu.
Sekitar dua kilometer dari Bengkel Traksi, peserta Loko Tour bakal ditunjukkan tempat penimbunan kayu (TPK) Batokan. TPK ini memiliki areal seluas 36,2 hektar, berdaya tampung 40.000 m3 kayu pertukangan dan 10.000 sm. Bersebelahan dengan TPK Batokan, terdapat Industri Pengolahan Kayu Jati (IPKJ) Cepu.
Setelah penat berputar, wisatawan peserta Loko Tour oleh pemandu wisata dari Perum Perhutani dibawa ke Gubug Payung. Gubug di pedalaman hutan ini merupakan tempat peristirahatan yang memiliki Monumen Hutan Jati Alam, terletak pada petak 1.092a, BKPH Pasar Sore, KPH Cepu inilah, pengunjung dapat melihat pohon-pohon jati tua yang pernah dipotong tahun 1976. Pohon jati itu sendiri berumur lebih 100 tahun. Ini dibuktikan dengan menghitung lingkaran tahun pada penampang batang yang dipotong, berjumlah sekitar 108 lingkaran.
Apabila para wisatawan ingin melakukan paket perjalanan selama dua hari atau lebih dengan Loko Tour, maka panitia telah menyediakan tiga tempat penginapan. Yaitu di Duta Ubaya Rimba (12 kamar), Wisma Sorogo (5 kamar), dan Pesanggrahan (4 kamar). Tarif perjalanan paket Loko Tour ini tergolong murah, hanya 40 dolar/orang/hari, termasuk biaya penginapan dan makan.
Selepas menghilangkan rasa penat di Gubug Payung, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan menyaksikan sistem tebang, saradan, dan pengangkutan kayu jati, secara langsung di tengah hutan.
Menurut cerita, dua tahun sebelum ditebang pohon jati mesti dimatikan terlebih dengan cara diteres. Proses ini merupakan upaya mengurangi kadar air di dalam kayu. Dengan langkah tersebut kelak akan diperoleh kayu jati berkualitas tinggi, lebih awet, tidak mudah pecah, ringan waktu diangkut, dan mudah dikerjakan. Setelah mengalami teresan selama dua tahun, pohon jati baru ditebang. Penebangan dilakukan para blandong, yaitu tukang tebang professional yang tinggal di seputar hutan

Thursday, November 16, 2006

Kisah Panjang Daerah Minyak

Kisah Panjang Daerah Minyak (Kompas Kamis, 23 Maret 2006)
ExxonMobil akhirnya terpilih sebagai operator pengelolaan Blok Cepu. Kehadiran perusahaan minyak raksasa asal Amerika Serikat itu menambah panjang daftar pengelola ladang minyak di Cepu sejak pertambangan Hindia Belanda pada tahun 1880 menemukan rembesan minyak di wilayah ini.
Sebelum ExxonMobil masuk, sekitar 12 kali ladang-ladang minyak di Cepu beralih pengelolaan. Ladang- ladang minyak di Blok Cepu yang akan dikelola ExxonMobil bersama Pertamina berada di luar ladang-ladang minyak yang lebih dulu dieksploitasi.
Kisah tentang kekayaan minyak Cepu dimulai dari temuan Adrian Stoop, ahli pertambangan Pemerintah Hindia Belanda, sekitar tahun 1880. Atas temuan itu, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan perusahaan minyak Dordstche Petroleum Maatschapij (DPM) guna mengebor ladang minyak di Cepu pada tahun 1888.
Tahun 1893 dilakukan pengeboran dan eksplorasi di sumur Ledok 1. Dalam perkembangannya, awal tahun 1900-an DPM menemukan rembesan-rembesan minyak di Nglobo, Kawengan, Semanggi, dan Wonocolo. Wilayah-wilayah itu sebagian besar berada di Cepu dan sebagian lainnya masuk wilayah Bojonegoro, Jawa Timur.
Tahun 1911 pengelolaan lapangan minyak Cepu beralih ke Bataafsche Petroleum Maatschapij (BPM). Selama 31 tahun BPM menguasai pengelolaan minyak Cepu. Dengan demikian, BPM tercatat sebagai pengelola terlama sepanjang sejarah. Penguasaan BPM berakhir setelah Jepang menduduki Nusantara pada tahun 1942-1945.
Memasuki era kemerdekaan, Pemerintah Indonesia mewarisi 136 sumur minyak di Cepu. Sebanyak 129 di antaranya berada di ladang minyak Kawengan.
Sejak tahun 1948 hingga sekarang pengelolaan lapangan minyak Cepu beralih tangan delapan kali. Mulai dari Perusahaan Tambang Minyak Nasional, Administrasi Sumber Minyak, Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia, PN Permigan, Pusdik Migas, Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi, PPT Migas, hingga Pertamina.
Saat ini pengelola lapangan minyak Cepu di luar Blok Cepu adalah PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Region Jawa Area Cepu. Ada 83 sumur minyak tersisa. Dari jumlah itu, 43 di antaranya berada di lapangan migas Kawengan, 22 di Ledok, 12 di Nglobo, dan 6 di Semanggi.
Yang berada di Blok Cepu saat ini ada tujuh lapangan migas. Konon dari tujuh ladang migas itu tersimpan setidaknya 600 juta barrel minyak. Pemerintah sudah memutuskan ExxonMobil dan Pertamina sebagai pengelolanya.
Sayang panjangnya perjalanan Cepu sebagai penghasil emas hitam tak berbanding lurus dengan tingkat kemakmuran warga Cepu ataupun Blora. Warga setempat lebih banyak menjadi penonton atas sepak terjang para pengelola minyak.
Suparti (41), warga Dusun Kodokan, Desa Nglobo, Blora, Jawa Tengah, tampak duduk-duduk di depan instalasi ladang minyak Kemuning, yang merupakan satu dari tujuh ladang migas Blok Cepu, Blora. Ibu empat anak itu mengawasi dari kejauhan empat sapinya yang makan rumput di sebelah instalasi ladang minyak yang akan dikelola ExxonMobil dan Pertamina.
Bagi Suparti, keberadaan instalasi minyak Kemuning merupakan sepenggal kisah kelam dalam hidupnya. Pada tahun 1995 Suparti bersama 30 keluarga di Dusun Kodokan harus angkat kaki dari rumah karena tergusur proyek instalasi minyak yang dibangun PT Humpuss.
”Sedih rasanya, tanah dan rumah digusur. Kami hanya diberi pesangon Rp 500.000 sampai Rp 800.000. Uang pesangon itu hanya cukup untuk membiayai pindahan,” tuturnya.
Dengan uang pinjaman, Suparti dan keluarganya kemudian mendirikan rumah yang berjarak lebih kurang 400 meter— arah utara—dari instalasi minyak Kemuning itu. Hal yang sama dilakukan puluhan keluarga lain yang tergusur. ”Setelah digusur, kami berharap pengeboran minyak di lapangan Kemuning bisa memberikan kesejahteraan kepada kami. Misalnya, kami dipekerjakan sebagai tukang cuci. Tetapi ternyata hanya mimpi. Katanya, Pak Tommy (Hutomo Mandala Putra) lagi kena masalah,” papar Suparti.
Nasib serupa dialami Atik (30). Harapannya untuk bekerja di ladang minyak Kemuning musnah karena PT Humpuss tak pernah merealisasikan eksplorasi maupun eksploitasi di Kemuning.
Selain lapangan migas Kemuning, di Desa Nglobo juga terdapat 12 sumur minyak yang dikelola Pertamina. Sumur-sumur minyak itu ada sejak zaman Belanda. Namun, keberadaan sumur-sumur tersebut tak pernah memberikan kesejahteraan signifikan bagi warga.Kondisi jalan menuju Desa Nglobo dari Jalan Raya Cepu- Blora, termasuk ke instalasi migas Kemuning, sangat tak layak. Sebagian hanya berasal dari tanah. Hanya beberapa ruas yang beraspal. Ini berbeda jauh dibandingkan dengan kekayaan alam yang telah keluar dari perut Desa Nglobo.

Mencari Istri sempurna

MENCARI ISTRI SEMPURNA Oleh :Firman VenayaksaHamba mencari istri sempurna. Lelah hati dan jiwa. Hamba mencari kemana-mana, alhasil hamba tak sanggup temukan belahan jiwa itu. Setiap hari hamba berdoa, namun belum juga terkabul. Mungkin inilah perjuangan. Lama-lama hamba mulai menikmati kehidupan ini. Walaupun jemu pernah hinggap dalam kamus kehidupan hamba, meraung-raung dalam sunyi.Sungguh, di dunia yang maya ini, hamba mencoba menghindar dari gundukan dosa, namun laron-laron dosa itu sesekali berduyun mendekati hamba. Sekuat ruh hamba berlari-berlari menuju cahaya, dan konon, salah satu kendaraan untuk mendekatkan diri dengan cahaya itu adalah mendapatkan seorang istri. Ya, hamba mencari istri sempurna, agar hamba bisa

Wednesday, November 15, 2006

Artikel tentang romantika aktivitas dakwah

Menyingkap Indahnya keluarga Samarada

Bermacam Artikel

Tentang kutho Cepu lan Blora

Edisi berita yang layak utk anda baca

Edisi Jalan - Jalan alias mBolang........