Tresno - Makaryo - Guyub )|( Ngajewantahaken Indonesia Ingkang Adil lan Sejahtera

Friday, May 29, 2009

Untuk Adik - adikku yang masih berjuang di Kampus

Dalam catatan sirah nabi Muhammad saw, tertulislah nama Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu ‘anhu sebagai lelaki pertama yang menerima da’wah nabi saw. Bahkan dia menerima da’wah ini tanpa talakku’ (tanpa sedikitpun ada keraguan).
Minimal ada tiga hal yang menyebabkan Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu ‘ahu “dengan mudah” menerima, beriman dan bergabung ke dalam barisan Rasul da’wah Rasulullah saw:
1. Karena faktor Rasulullah saw sendiri. Beliau saw adalah seseorang yang tidak pernah berbohong atau berdusta sekalipun, penuh amanah, dan bahkan mendapatkan gelar Al Amiin dari orang-orang Makkah. Salah satu bukti kuat atas hal ini adalah pengakuan orang-orang Makkah sendiri. Yaitu sewaktu Rasulullah saw mengumpulkan mereka di bukit Shafa. Disana beliau saw bertanya: “Kalau seandainya saya katakan kepada kalian bahwa di balik bukit ini ada satu pasukan yang akan menyerbu kalian, adakah kalian membenarkan informasi saya ini?”. Sepakat mereka menjawab: “Kami akan membenarkannya, sebab tidak pernah sekalipun kami menemukan kasus engkau berdusta kepada kami!
2. Karena faktor kedekatan Abu Bakar kepada beliau saw. Karena kedekatannya inilah dia tahu persis segala perilaku dan akhlaq beliau saw secara pribadi.
3. Karena Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu ‘anhu adalah orang yang sangat menguasai sosial kultural masyarakat Makkah. Penguasaan sosio kultural inilah yang oleh para ahli sirah dan sejarawan dikenal dengan nama Nassaabah. Dengan kemampuan ini, bukan saja Abu Bakar mengetahui pribadi Rasulullah saw, akan tetapi juga mengetahui garis nasab beliau saw, kesucian garis keturunan beliau dan keagungan sirah mereka. Semua ini membawa kesimpulan kepadanya bahwa Rasulullah saw seorang manusia yang agung.
Dalam perjalanan selanjutnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu ‘anhu berhasil mengislamkan beberapa orang, yang pada kemudiannya menjadi sahabat-sahabat besar (beberapa diantaranya dijamin masuk surga). Yaitu: Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Al Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lain-lain).
Kalau kita mencoba bertanya kenapa bisa begitu cepat mengislamkan orang?
Salah satu jawabannya adalah karena dia adalah seorang Nassaabah (ahli sosio kultural).


Ikhwah Fillah,
Dalam hal perekrutan kader baru, kader-kader KAMMI harus menguasai sosio kultural ini, karena medan dakwah kita adalah kampus, maka mengenal sosio kultural kampus yang bersangkutan adalah sesuatu keharusan.

Sun Tzu berkata : “Kenalilah Musuh anda, kenalilah diri anda, kemenangan anda tidak akan terancam, kenalilah medannya, kenalilah cuacanya, maka kemenangan anda akan semakin lengkap”

Ikhwah fillah, saudaraku yang kusayangi karena Allah SWT...
Jawablah pertanyaan ana berikut :
1. Kenalkah antum dengan musuh (rival/rekan dakwah, musuh yang nyata beneran, dll) yang sudah dan akan dihadapi?
2. tidak cukup dengan hanya berkata “kenal”, tapi harus mengetahui analisa dari musuh tersebut secara mendalam, kita harus mengetahui dan men-scan dari A-Z tentang musuh tersebut, mulai dari jumlah pasukan, kekuatannyua pada bagian mana, kelemahannya ada dimana, mereka terhambat apa, kemudian keuntungan yang mereka miliki apa saja, didukung oleh siapa, aliansinya siapa, kemudian alliesnya siapa saja, termasuk data-data personilnya (jenderalnya siapa, Kopralnya siapa, kaptennya siapa, cadetnya siapa saja, nomor kontaknya berapa, kesukaannya apa, dst...) caranya adalah dengan mengumpulkan informasi sedetail-detailnya (ingat! bahwa dakwah ini juga menggunakan data-data dan fakta ilmiah, empiris, reliable dan mempunyai validitas tinggi)
3. kenalkah antum dengan diri antum sendiri?? Seperti apa sih saya? Kekeuatanku yang potensial dimana? Teknik terbaik ku seperti apa? Senjata apa yang cocok ku gunakan, Panah untuk jarak jauh... atau Pedang jarak dekat... atau... Rocket Launcher... senjata biologi.... dengan racun... provokasi... tangan kosong... dll... Di posisi mana antum sekarang, sebagai jundi atau sebagai qiyadah? Bidang apa yang sekarang digeluti? Sudah Profesionalkah kita?? Kemudian sejauh mana antum mengenal KAMMI? Bagian KAMMI yang mana yang bisa antum gunakan lebih optimal, sejauh mana antum kenal dengan KAMMI?

Wednesday, May 6, 2009

Menipisnya Ibadahku

Assalamu'alaikum kamarku tersayang. kembali aku pulang ke tempat kos ini
seperti biasa,
capek sekali seharian ini aku bekerja, jam 6.00 pagi sampai jam 6 sore.
Kapan aktifitas ini akan berubah.
"Idih.. kotornya nih kamar...jorok sekali aku ini ya...".
"Ya..Allah capeknya aku hari ini " kasur empuk itu menggoda sekali
tapi aku harus mandi dan sholat maghrib.
"Eh..iya ada BAJAJ BAJURI, lihat TV dulu ah.... Lama-lama aku sama begonya
sama Oneng kalau nonton ini terus..". Masya Allah sudah jam 7 kurang
seperempat..aku mau mandi ah...".

Aku pergi mandi dan sholat maghrib jam 7, nggak lama aku dengar suara
Adzan Isya',
"Ya...Allah pinginnya hati ini berdzikir tapi males sekali meski di
mukenah ini sangat enak sekali rasanya seperti Engkau memeluk aku tapi
setan kamar ini kuat sekali, coba kamu jangan ganggu aku dulu setan.
Sudah lah aku baca novel aja dulu sambil nonton Tv ...sholat isya'nya
entar aja.