
Malam
dengan angin laut yang dingin menusuk tulang ku menahan rasa lapar, dengan uang
saku yang paspan pemberian orang tua, aku tidak berani membeli makanan diatas
kapal, yang untuk ukuranku terbilang mahal. Dengan menahan rasa lapar saya mencoba untuk pejamkan mata agar
tertidur, tapi tak bisa mata ini terpejam juga. “Pak, Emak…, saya merindukanmu,
ingin rasanya ku pulang kembali ke rumah hidup sederhana bersamamu kembali “gumamku
dalam hati”. Masih menahan rasa lapar
pula, akhirnya keesokan hari sampai juga ku di kota harapan Balikpapan, inikah
tanah impian itu?
Menumpang
dirumah saudara tentunya tidak enak bagiku untuk berpangku tangan, saya harus bisa mandiri, harus bisa membiayai
hidupku sendiri, ingat pesan orangtua sebelum berangkat merantau“Ning ngendi wae kowe kerjo sing jujur, kowe
kudu nduweni manfaat marang liyan, ojo malah ngrepotno wong liyo”. (Dimana
pun kamu berada harus jujur, harus bermanfaat untuk orang lain, jangan sampai
menjadi beban orang lain). Maka saya
harus segera mencari kerja, apapun kerjanya yang penting halal dan bisa untuk
biaya makan. Ternyata mencari kerjaan formal di Kalimantan juga susah, jauh
dari anganku saat masih di Jawa dulu. Setelah melamar kesana kemari akhirnya saya keterima bekerja mengawali karir sebagai
penjaga toko dan kuli diangkut bongkar muat di wilayah Pasar Baru dengan gaji
paspasan, hanya cukup untuk biaya makan 3x sehari.
Walau
gaji hanya cukup buat makan, tiap akhir pekan aku tetap berusaha beli koran
hanya untuk mencari lowongan pekerjaan. Dengan bekal ijazah SMK yang ku punya,
aku terus mencoba dan berusaha untuk melamar pekerjaan formal yang layak untuk
kukerjakan, usaha yang gigih tanpa mengenal kata putus asa, pun terus ku
barengi dengan do’a di setiap sholat 5 waktu ku.
“….Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa
– apa yang ada pada diri mereka.” (QS: Ar-Ra’d :11) Alhamdulillah
diakhir tahun 1999 salah satu lamaran kerjaku berhasil lolos dan aku keterima
disalah satu perusahaan group dealer alat berat merek Caterpillar awal memulai
babak kehidupan baru. Aku harus mengikuti kelas pendidikan dan latihan dulu
selama setahun di Jakarta.
Setelah
selesai masa pelatihan aku kembali ditempatkan di kota Balikpapan,
Alhamdulillah kondisi keuangan mulai membaik yang sebelumnya menumpang saudara
sekarang sudah bisa kost sendiri. Orang yang berpikiran maju adalah orang yang
tidak mudah berpuas diri dengan hasil yang telah di raihnya, maka aku terus
berusaha untuk mengembangkan diri guna meraih masa depan yang lebih baik lagi. Dengan
semangat pengembangan diri ini maka di tahun 2001 saya melanjutkan kuliah di
salah satu perguruan tinggi di kota Beriman ini, masuk di kelas malam.
Menjalani
dua profesi sekaligus, siang menjadi karyawan dan malam harinya menjadi
mahasiswa, harus pintar – pintar membagi waktu dan skala prioritas yang akan
kita kerjakan lebih dulu, ketika di kantor banyak pekerjaan, maka dengan
terpaksa saya harus mengorbankan waktu kuliah, begitu juga ketika masa – masa
UTS atau UAS maka saya harus datang on time di kampus.
Juga
penuh dengan pengorbanan, kita harus mengorbankan waktu bersantai, mengorbankan
diri untuk menunda bersenang – senang dalam kehidupan dunia remaja yang penuh
dengan dunia hedonisme. pulang kerja jam
lima sore langsung ke kost mandi, makan, sholat magrib berjamaah di Masjid
dekat kost kemudian langsung berangkat ke kampus sampai jam sepuluh malam baru
pulang, sampai kost jam setengah sebelas malam langsung tidur untuk persiapan
kerja besok pagi. Saat itu saya memegang prinsip jangan menyia - nyiakan waktu
selagi kesempatan itu masih ada.
Dengan
kuliah lagi saya tidak hanya sekedar ngampus, untuk mengilmiahkan pemikiran di
akhir pekan saya bergabung dan berusaha aktif diberbagai Organisasi
kemahasiswaan, untuk pengabdian masyarakat dan tentunya untuk menambah relasi.
Di intra kampus jadi kabid Rohis BEM. di Ekstra kampus jadi ketua HMI Kampus,
Kabid Komunikasi Ummat HMI cabang Balikpapan.
Hari
demi hari, minggu demi minggu bulan demi bulan tak terasa kurang lebih Lima
tahun sudah ku lalui romansa kehidupan dengan penuh suka dan duka ini.
Alhamdulillah
di tahun 2004 saya di nyatakan lulus dalam ujian sidang skripsi dan bisa ikut
wisuda. Walaupun saya kuliah dengan biaya & perjuangan sendiri di
perantauan, tapi jasa kedua orang tua dalam memberikan semangat dan motivasi
sangatlah besar maka saya ingin berbagi kebahagiaan dengan mengundangnya saat
saya wisuda dari kampung halaman di Jawa Tengah ke kota Balikpapan walaupun
saya mampunya hanya membelikan ticket kapal laut. Ku persembahkan kelulusan sarjana
ku ini kepada kedua orang tuaku. Saya ingin orang tuaku menjadi bangga memiliki
anak sepertiku yang dari kecil hidup di kampung dan jauh dari kehidupan kota,
yang semasa masih sekolah di SMK dulu juga menjadi tukang pencari rumput,
menggembala sapi, bahkan menjadi buruh tani hanya demi mencari uang tambahan
utk membayar SPP yang terbilang mahal untuk sebuah sekolah menegah di Jawa
Tengah.
Ketika
usiaku sudah semakin dewasa dan teman – teman sebayaku sudah pada menikah &
menggendong buah hati mereka, dihati kecil ini pun punya keinginan seperti
mereka.Tapi diri ini masih ragu sanggupkah aku memberi nafkah kepada istri
& anak – anakku nanti? Hati ini senantiasa berbolak balik, maju mundur
antara iya dan tidak, maka senantiasa kupanjatkan do’a kepada Allah SWT di sepertiga malam terakhir yang
hening setelah tahajud
Ya Allah…..
Bila kelak hamba menjadi
suami seseorang wanita yang ku cinta
Izinkanlah diri hamba
menjadi pelindung baginya
Izinkanlah mata hamba
menjadi keteduhan baginya
Izinkanlah pundak hamba
menjadi tempat melepas keresahan baginya.
Izinkanlah setiap perkataan dan tingkah laku hamba
menjadi kesejukan baginya.
Aammiinn…
Alhamdulillah
pada saatnya setelah hati dan diri ini merasa mantap, Allah SWT mempertemukan
saya dengan seorang wanita yang cocok dengan kriteria yang saya panjatkan dalam
doa tanpa melalui pacaran sebagaimana anak – anak muda jaman sekarang. Dalam kesederhanaan
kami menikah, yang penting adalah bagaimana menghadapai masa – masa hidup bersama
setelah pernikahan kedepannya.
Ternyata
menikah itu membawa rejeki yang semula saya ragu mengenai nafkah istri kini aku
menjadi lebih yakin banwa Allah itu tidak akan salah memberikan rejeki pada
hambanya. Beberapa bulan setelah menikah saya mendapat tawaran kerja disalah satu
perusahaan kontraktor pertambangan untuk bergabung di team plant dengan posisi lebih
bagus. Maka untuk para bujangan janganlah ragu untuk segera berumah tangga
ketika kerja sudah mapan, hati & diri sudah merasa siap insyaallah Allah
akan memberikan rejeki yang tak terduga.
Duabelas
tahun kemudian dengan pasang surutnya harga batu bara, juga berdampak dalam
perjalanan karirku beberapa kali pindah perusahaan di lokasi proyek tambang, akhirnya
Allah SWT memberikan saya jalan untuk bergabung dengan salah perusahaan swasta
Nasional kontraktor pertambangan terbesar, setelah melaksanakan serangkaian
seleksi recruitment, interview, test
medical Checkup, maka saya di nyatakan lolos dan bergabung di team Plant
Support di Kantor Pusat Jakarta, sekaligus mewujudkan impianku sewaktu masih di
kampung dulu untuk “menaklukkan” Ibu kota.
Ahad tengah malam, dikampung
halaman tercinta Cepu.
11 Maret 2018,
@kangkirno
No comments :
Post a Comment