Tresno - Makaryo - Guyub )|( Ngajewantahaken Indonesia Ingkang Adil lan Sejahtera

Thursday, November 16, 2006

Kisah Panjang Daerah Minyak

Kisah Panjang Daerah Minyak (Kompas Kamis, 23 Maret 2006)
ExxonMobil akhirnya terpilih sebagai operator pengelolaan Blok Cepu. Kehadiran perusahaan minyak raksasa asal Amerika Serikat itu menambah panjang daftar pengelola ladang minyak di Cepu sejak pertambangan Hindia Belanda pada tahun 1880 menemukan rembesan minyak di wilayah ini.
Sebelum ExxonMobil masuk, sekitar 12 kali ladang-ladang minyak di Cepu beralih pengelolaan. Ladang- ladang minyak di Blok Cepu yang akan dikelola ExxonMobil bersama Pertamina berada di luar ladang-ladang minyak yang lebih dulu dieksploitasi.
Kisah tentang kekayaan minyak Cepu dimulai dari temuan Adrian Stoop, ahli pertambangan Pemerintah Hindia Belanda, sekitar tahun 1880. Atas temuan itu, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan perusahaan minyak Dordstche Petroleum Maatschapij (DPM) guna mengebor ladang minyak di Cepu pada tahun 1888.
Tahun 1893 dilakukan pengeboran dan eksplorasi di sumur Ledok 1. Dalam perkembangannya, awal tahun 1900-an DPM menemukan rembesan-rembesan minyak di Nglobo, Kawengan, Semanggi, dan Wonocolo. Wilayah-wilayah itu sebagian besar berada di Cepu dan sebagian lainnya masuk wilayah Bojonegoro, Jawa Timur.
Tahun 1911 pengelolaan lapangan minyak Cepu beralih ke Bataafsche Petroleum Maatschapij (BPM). Selama 31 tahun BPM menguasai pengelolaan minyak Cepu. Dengan demikian, BPM tercatat sebagai pengelola terlama sepanjang sejarah. Penguasaan BPM berakhir setelah Jepang menduduki Nusantara pada tahun 1942-1945.
Memasuki era kemerdekaan, Pemerintah Indonesia mewarisi 136 sumur minyak di Cepu. Sebanyak 129 di antaranya berada di ladang minyak Kawengan.
Sejak tahun 1948 hingga sekarang pengelolaan lapangan minyak Cepu beralih tangan delapan kali. Mulai dari Perusahaan Tambang Minyak Nasional, Administrasi Sumber Minyak, Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia, PN Permigan, Pusdik Migas, Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi, PPT Migas, hingga Pertamina.
Saat ini pengelola lapangan minyak Cepu di luar Blok Cepu adalah PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Region Jawa Area Cepu. Ada 83 sumur minyak tersisa. Dari jumlah itu, 43 di antaranya berada di lapangan migas Kawengan, 22 di Ledok, 12 di Nglobo, dan 6 di Semanggi.
Yang berada di Blok Cepu saat ini ada tujuh lapangan migas. Konon dari tujuh ladang migas itu tersimpan setidaknya 600 juta barrel minyak. Pemerintah sudah memutuskan ExxonMobil dan Pertamina sebagai pengelolanya.
Sayang panjangnya perjalanan Cepu sebagai penghasil emas hitam tak berbanding lurus dengan tingkat kemakmuran warga Cepu ataupun Blora. Warga setempat lebih banyak menjadi penonton atas sepak terjang para pengelola minyak.
Suparti (41), warga Dusun Kodokan, Desa Nglobo, Blora, Jawa Tengah, tampak duduk-duduk di depan instalasi ladang minyak Kemuning, yang merupakan satu dari tujuh ladang migas Blok Cepu, Blora. Ibu empat anak itu mengawasi dari kejauhan empat sapinya yang makan rumput di sebelah instalasi ladang minyak yang akan dikelola ExxonMobil dan Pertamina.
Bagi Suparti, keberadaan instalasi minyak Kemuning merupakan sepenggal kisah kelam dalam hidupnya. Pada tahun 1995 Suparti bersama 30 keluarga di Dusun Kodokan harus angkat kaki dari rumah karena tergusur proyek instalasi minyak yang dibangun PT Humpuss.
”Sedih rasanya, tanah dan rumah digusur. Kami hanya diberi pesangon Rp 500.000 sampai Rp 800.000. Uang pesangon itu hanya cukup untuk membiayai pindahan,” tuturnya.
Dengan uang pinjaman, Suparti dan keluarganya kemudian mendirikan rumah yang berjarak lebih kurang 400 meter— arah utara—dari instalasi minyak Kemuning itu. Hal yang sama dilakukan puluhan keluarga lain yang tergusur. ”Setelah digusur, kami berharap pengeboran minyak di lapangan Kemuning bisa memberikan kesejahteraan kepada kami. Misalnya, kami dipekerjakan sebagai tukang cuci. Tetapi ternyata hanya mimpi. Katanya, Pak Tommy (Hutomo Mandala Putra) lagi kena masalah,” papar Suparti.
Nasib serupa dialami Atik (30). Harapannya untuk bekerja di ladang minyak Kemuning musnah karena PT Humpuss tak pernah merealisasikan eksplorasi maupun eksploitasi di Kemuning.
Selain lapangan migas Kemuning, di Desa Nglobo juga terdapat 12 sumur minyak yang dikelola Pertamina. Sumur-sumur minyak itu ada sejak zaman Belanda. Namun, keberadaan sumur-sumur tersebut tak pernah memberikan kesejahteraan signifikan bagi warga.Kondisi jalan menuju Desa Nglobo dari Jalan Raya Cepu- Blora, termasuk ke instalasi migas Kemuning, sangat tak layak. Sebagian hanya berasal dari tanah. Hanya beberapa ruas yang beraspal. Ini berbeda jauh dibandingkan dengan kekayaan alam yang telah keluar dari perut Desa Nglobo.

1 comment :

Anonymous said...

Cepu itu di daerah mana sich???...........!