(nama saya samarkan), ada yang bisa kami bantu?” suara seorang wanita dari seberang telepon sana. “saya orang tua dari anak Hilmi dengan no. Rekam Medis 201539xxxx, mau mengkonfirmasi jadwal operasi anak saya tersebut bagaimana?” sahutku.“sebentar pak saya cek dulu, …….., heemmmm……, anak Hilmi ini sudah mendaftar pada bulan Oktober 2015 lalu dan mendapat jadwal pada tgl 19 Februari 2016 ya pak, tapi ruang ICU & IW masih penuh karena masih ada renovasi gedung jadi ada kemungkinan besar akan mundur, tapi Hilmi di bawa saja ke sini gak papa seminggu sebelum jadwal operasinya, dan jangan lupa pemeriksaan dokter sebagai penunjang persyaratan operasi harus disiapkan juga””OK makasih” jawabku singkat dan menutup percakapan itu.
Aku jadi gundah karena jadwal operasi dik Hilmi bakal termundurkan karena berbagai alasan, pikiran jadi gak tenang, gak focus, hati jadi gelisah memikirkan nasib buah hati kami yang baru berumur 11 bulan harus menahan derita rasa sakit karena diagnosa kelainan jantung bocor dan penyempitan pembuluh darah bawaan dari lahir. Kondisi fisiknya yang kurus, berat badannya tidak naik - naik, dan sangat rentan sekali sakit membuat orang yg melihatnya akan merasa kasihan & menaruh iba.
Tak terasa menetes air mata ini….. Ya Allah kuatkanlah kami dalam menghadapi ujian ini.“ “Lho kok abi menangis….., Ayo kita persiapkan dokumen – dokumen pendukung pemeriksaan dari dokter THT, dokter Anak, dokter jantung, surat rujukan dari RS Karyadi Semarang, Rujukan dari BPJS dan dokumen pendukung lainnya, apapaun yang terjadi kita harus berusaha semaksimal mungkin.” engkau menyemangatiku. “ I iiya dik, abi sekalian beli tiket kereta untuk keberangkatan hari Senin nanti ya” jawabku.
Senin malam kami bertiga saya, engkau dan ananda Hilmi, berangkat ke Jakarta dalam rangka ikhtiar demi kesembuhan buah hati kami, di dalam kereta api engkau selalu membesarkan hatiku bahwa yg kita hadapi kali ini adalah ujian dari Allah SWT maka kita harus senantiasa bersabar, dan engkau selalu menyemangatiku dalam menghadapi ujian ini. Dan didalam keseharianmu pun walau engkau sudah capek dari pagi sampai menjelang sore mengajar di salah satu sekolah swasta di kota Cepu, engkau tetap semangat dalam menjalankan tugas – tugas rumah tangga, mengasuh dan mendidik dua orang anak kita dengan sabar, tidak nampak kelelahan dalam aura wajahmu, di setiap sepertiga malam terakhir engkau pun lah yang selalu membangunkanku untuk bermunajat dan memohon kepada Allah SWT demi kebaikan keluarga kecil kita. bahkan dari raut wajahmu terpancar ke optimisan sebagai seorang ibu yang mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan ke seluruh anggota keluarga.
“Dik sekarang dipakai istirahat saja dulu besok kita lanjut pemeriksaan ke dokter bedah jantung anak.” pintaku padamu, “ iya bi, tapi kita harus menyiapkan dokumen utk besok dari sekarang biar besok tidak ada yg tercecer.”
Jam dinding yng menempel di dinding ruang tunggu sudah menunjukkan pukul 3 sore, kami langsung pulang ke kost.
Sore hari di rumah kost dengan sabar dan telalen engkau
memandikan, mengganti popok, mengganti baju, menyuapin dan merawat dik
Hilmi tanpa terbesit kelelahan sedikitpun dari wajahmu. “Bi ini
Hilmi kok badannya panas dan batuk, bagaimana ini bi padahal besok harus ke
dokter Anestasi?” “gak papa mi besok kita harus tetap ke dokter anestasi”.
Ke esokan harinya tanpa menunggu begitu lama karena memang
antrian di dokter anestasi ini tidak begitu banyak seperti di poli – poli yang
lainnya, sekitar jam 11 kami sudah konsultai dengan dokter anestasi berharap
bisa segera dapat rekomendasi utk dilakukan operasi.
Setelah melalukan pemeriksaan dokter anestasi bilang ”Hemmm…
ini dik Hilmi lagi batuk pilek, kondisinya juga lagi ngedrop jadi belum bisa di
lakukan operasi, kondisinya harus benar benar sehat dan fit jadi ini saya kasih
rujukan lagi untuk kembali ke dokter THT” “tapi Dok kami sudah lama menungu
setiap hari bolak – balik dari kost ke sini” dengan tidak sabar saya menjawab
pernyataan dokter anetasi ini. “Sudahlah bi, kita ikuti saja saran dari dokter
semoga ini yang terbaik untuk dik Hilmi” engkau menenangkan ku lagi.
Hari ini kami pulang ke kost dengan kondisi belum mendapat
kepastian kapan jadwal operasi anak kami.
Dengan membawa surat rujukan dari dokter Anestasi kami ke poli anak dan THT di rumah sakit Anak & Bunda yang letaknya satu komplek dengan rumah sakit ini dimana anak kami di rawat, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu kami terus berikhtiar di poli THT setiap 4 hari sekali kami periksakan di Hilmi untuk mengetahui perkembangannya sampai 3 mingguan alhamdulillah ikhtiar di THT sudah mendapat rujukan balik ke dokter Anestasi.
“Bi jadwal konsultasi di dokter Anestasi untuk besok
senin gak ada, adanya hari Selasa” “ya dik hari selasa saja kita konsultasi
lagi, besok kita istirahat saja di kost” seharian istirahat di kost
engkau selalu menasehatiku agar lebih bersabar dan menerima dengan ikhklas atas
ujian Allah ini.
“Bi anak sekolah itu kalau mau naik kelas pasti ada
ujiannya, demikian pula manusia, Insyaallah dengan lantaran ujian ini Allah SWT
akan menaikkan kelas derajat kita” “heemmm…. iya dik, ku akan
berusaha bersabar dan mencoba untuk ikhlas atas ujian ini”.
Tak terasa kurang lebih sebulan lamanya kami berada di ibu
kota negara ini dalam rangka ikhtiar kesembuhan si kecil anak kami, setelah
sekian lama kami banyak mengenal sesama orang tua dari pasien anak yang
diagnosanya seperti dik Hilmi, kami berbagi pengalaman, suka dan duka,
perkembangan anak – anak kami, dan sharing berbagai hal mengenai pengalaman
kita bagaimana menangani secara mandiri bila kondisinya ngedrop dan
sakit.
Hari senin siang saya kembali ke ruang penjadwalan menemui
petugasnya untuk minta jadwal operasi. Sesampainya di lantai 8 saya langsung
menuju ruangan penjadwalan menanyakan jadwal di Hilmi. “Belum pak ruangan ICU
msih penuh sampai sekarang masih penuh” “lha katanya hari senin di suruh ke
sini bu” “iya tapi ini masih peenuuuhhhh, nanti hari kamis datag lagi ke sini
atau tunggu saja kami menelepon” dengan suara nada tinggi petugasnya
memarahiku. Ingat pesan istri, saya harus tetap bersabar jangan terbawa ikut –
ikutan marah, karena kita lagi butuh pertolongan mereka.
Hari – hari sambil menunggu telpon kami lalui di kost, dengan menjaga kesehatan dik Hilmi agar jangan sampai ngedrop lagi, setiap pagi selalu kita jemur agar dapat vitamin D untuk menguatkan fisiknya.
“kok petugas nya blm ada nelpon lagi ya dik” tanyakau pada
engkau. “Sabar bi, mungkin nanti siang atau sore atau kalau gak besok Kamis
kita sama – sama ke sana, saya dan dik Hilmi ikut juga”.
Sampai hari Rabu sore belum ada kabar juga, sudah hampir 2
minggu setelah dik Hilmi di rekomendasikan untuk opersi tp belum dapat jadwal
operasi juga.
Kamis siang kami bersiap menuju ruang penjadwalan lagi di
lantai 8, sampai di ruang penjadwalan petugasnya tidak ada, kami menunggu
di ruang tunggu. Setelah setengah jam menunggu ada petugasnya datang di depan
lorong jalan menuju ruangannya kami cegat utk menanyakan jadwal operasi lagi,
”Bapak & Ibu khan sudah saya bilangin tunggu ya tunggu
atau nanti kita hubungin via telpon, sampai sekarang ruang ICU masih penuh”
kata petugas itu masih seperti yg kemarin jawabannya “tapi bu kami takut dik
Hilmi ngedrop lagi” jawabku. “tapi pak rungan masih peenuuhhhh” jawaban petugas
itu dengan nada tinggi. Tanpa sengaja dengan tatapan kosong mataku dan matamu
beradu pandang, dengan perasaan sedih dan galau kami harus pulang ke kost.
Dalam perjalanan turun dari lift tumpahlah air matamu, engkau menganis dengan
menggenggam erat tanganku, dan tanpa kusadari air mataku juga menetes di pipiku.
sampai rumah kost kita tidak ada saling berkata – kata. Saya tahu pasti engkau
sangat sedih, khawatir dan kecewa begitu menghadapi kenyataan seperti ini
begitu juga dengan diriku.
Sore hari di rumah kost hatiku masih gundah dan gelisah tapi dengan suara yg lembut engkau menenangkan diriku lagi, “sudahlah bi, kita bersabar dulu, kita tunggu tepon dari bagian penjadwalan operasi saja, saya yakin skenario dari Allah ini pasti akan indah pada waktunya” duh betapa sabar dan dewasanya engkau duhai istriku, di saat aku sedang tak berdaya engkau selalu menguatkanku. Engkaulah inspirasi dan motivator utamaku dalam menghadapi kehidupanku saat ini.
Hari demi hari kita lalui bersama lagi di rumah kost lagi, hampir 2 bulan lamanya kita ikhtiar di Ibu Kota Jakarta ini.
“Bi kita harus optimis Senin siang nanti kita coba lagi ke
ruang penjadwalan ya” katamu pada diriku, “iya dik Senin siang saja kita ke
sananya” jawabku.
Senin siang kita sudah menunggu di ruang penjadwalan kita di
persilahkan masuk. “ini dik Hilmi ya” tanya petugasnya “iya bu” jawab mu, “Oh
pas sekali ini surat jadwal operasinya, sore nanti bisa langgung ke
bagian ruang rawat inap untuk mengurus segala persyaratnnya”
“Alhamdulillahirrohmanirrohim” jawab kita bersama. Memang hidup, mati, rejeki
& jodoh seseorang itu adalah rahasia Allah, Allah akan memberikan yang
terbaik pada hambaNya pada saat yang tepat, tidak bisa di majukan dan tidak
bisa di mundurkan. Pun begitu Allah akan memberikan bukan apa yang kita
inginkan tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan pada saat sudah tepat
waktunya, karena Allah lebih mengetahui di balik proses usaha hambaNya.
Pagi hari sebelum operasi kami di briefing utk persiapan
operasi, di beri penjelasan tindakan apa yang akan di lakukan dan segala
kemungkinan resiko terburuk operasi jantung ini. Lalu saya menandatangani surat
operasi ini dengan engkau menjadi saksinya.
Jam 8 pagi, saat memakai baju warna hijau utk mengantarkan
dik Hilmi masuk ruang operasi kau peluk erat dik Hilmi, ku lihat tampak sekali
wajahmu tegang dengan rasa khawatir yang dalam.
Hanya beberapa menit di ruang operasi engkau di persilahkan
meninggalkan ruang operasi, kita di minta menunggu di lantai 1, di dalam lift
engkau menahan tangismu, engkau tampak tabah menghadapi kemungkinan terburuk
yang akan terjadi.
Sambil menuggu jalannya operasi kita saling menguatkan
apapaun yg terjadi adalah kehendak Allah SWT, Allah lebih tahu yang
terbaik untuk hambaNya.
Jam 2 menjelang sore hari kami dapat panggilan dari security
untuk menuju lantai 8, ada apa gerangan kami berdua bertanya tanya. Sampai di
lantai 8 ada salah satu dokter menemui kami “Pak & Bu ini Operasinya sudah
selesai, tp kondisi pasien belum sadar, tidak lama lagi akan kita pindahkan ke
ruang ICU” “Alhamdulillah terimakasih Dok” jawabku. Tidak lama kemudian buah
hati kami di pindahkan ke ruang ICU kami hanya boleh melihatnya dari luar
ruangan, belum boleh masuk kecualli nanti saat jam bezuk.
ruang IW adalah ruang semi Intensif care, yang mana
pasien masih butuh penanganan extra ketat, peralatan medis di yang menempel di
anggota tubuhnya blm di lepas, juga masih belum boleh di tungguin
kecuali di jam besuk.
Jam 17:30 menjelang magrib jam besuk tiba, aku dan engkau
menuju lantai 6 ruang IW samapi di depan ruang perawat jaga kami di cepat oleh
kepala Susternya. “bapak & ibu orang tua dari ananda Hilmi?” “iya benar
Sus” jawab kami “ Sebentar, bapak & ibu duduk dulu di sini akan kami
jelaskan” “kenapa Sus” jawabku. “Ini tadi anak Hilmi berontak dia melepas
peralatan medis yang menempel di tubuhnya, itu sangat membahayakan keselamatannya
untungnya tadi suster jaga segera mengetahuinya, kalau tidak sangat berbahaya,
jadi harus ada bantuan dari salah satu orang tuanya utk menjaga Hilmi”. “ Ya
Allah ujian apalagi yang engkau berikan pada hambamu ini.” Gumamku,
“Sudahlah bi tetap bersabar & tenangkan diri, biar saya saja yg menjaganya”
jawab mu.
Semalam suntuk engkau menjaga dik Hilmi dengan menahan rasa
kantuk dan lelah yg hebat, tapi saat aku mau menggantikanmua engka umenjawab,
“sudahlah abi istirahat aja dulu, nanti gantiin umi pas umi mau sholat &
makan saja”.
Betapa hebat & luarbiasanya dirimu, aku tahu engkau
sangat lelah tapi engkau menyembunyikan rasa lelahmu itu di balik ketabahanmu.
Jam 01.30 dini hari ku telpon ternyata engkau masih terjaga menjaga dik Hilmi
yg mana tadi juga habis berontak lagi, engkau menceritakan bahkan engkau sempat
dimarahin sama susternya karena membuat sedikit kegaduhan di ruang IW.
Pagi harinya engkau saya minta instirahat dulu untuk memulihkan tenaga, biar pagi ini saya yang jaga.
Sebelum di pindah ke ruang peerawatan dokter juga melakukan
pemeriksaan lengkap dengan rontgen utk memastikan bahwa pasien sudah layak
untuk di pindahka. Setelah di rontgen oleh petugas medis dan dipagi hari
saat kunjungan dokter bedah memeriksa Hilmi “Maaf pak ini ada di temukan
pneumothorax jadi harus di lakukan tindakan lagi.” “Apa Dok…” jawabku,
“Pneumothorax adalah angin yg terperangkap di sela paru paru pasca
operasi kemarin, dan kalau tidak di keluarkan bisa membesar dan membahayakan
pasien”. Nyesek rasanya hatiku mendengar penjelasan dari dokter tadi, ingin
rasanya ku berteriak…, Allahhu Akbar…., kepada siapa lagi kami
memohon ya Allah, hanya kepadaMu lah kami memohon ampun dan minta
Pertolongan Ya Allah, Ya Allah engkaulah yang maha penyembuh maka sembuhkanlah
buah hati kami ya Allah.
Siang hari setelah Sholat Duhur engkau datang ku ceritakan
semua padamu apa yang sudah di jelaskan dokter tadi pagi. Kulihat Nampak engkau
tetap tegar dibalik wajahmu yg masih kelelahan, lagi – lagi engkau menguatkanku
utntuk tetap bersabar dan meyerahkan ini semua kepada Allah, manusia hanya bisa
berusaha dan berproses, tapi semua keputusan dan hasilnya hanya Allah yang
menentukan.
Saya tandatangani lagi surat persetujuan tidakan untuk
pengeluaran pneumothorax dengan segala resiko yg ada di dalamnya.
Tindakan kali ini bisa di lakukan di ruang IW, pasien di bius total lagi,
Alhamdulillah tindakan tidak terlalu lama, sekitar 2 jam. Setealah
dilakukan tindakan pasien boleh di tungguin lagi.
Kembali di ruang IW dengan sabar dan telaten siang dan malam
engkau selalu menjaga dik Hilmi tanpa mengenal capek & lelah, engkau
hanya mau tak gantiin jaga pas lagi makan dan sholat saja atau saat dirimu
benar – benar ngantuk & lelah banget. Ini merupakan pengalaman
yang sungguh sangat luar biasa selama aku menemani hidupmu duhai istriku.
Seminggu di ruang IW dik Hilmi bisa di pindahkan di ruang perawatan,
walau alat bantu pneumothorak masih terpasang di badannya.
Di ruang perawatan perkembangan kesehatan dik Hilmi selalu
di monitor membaik dan terus membaik baik dari segi fisik dan mentalnya,
seminggu di ruang perawatan di echo lagi dan alhamdulillah hasilnya baik. Dan
ke esokan harinya bisa kita di persilahkan mengurus surat pulang pasien dan
perjanjian control.
Dan engkaulah istri yang bisa menjadi penyejuk dahaga
dihatiku, teman curhat dan motivator bagi suamimu, engkau adalah ibu yang
sangat hebat untuk anak – anakku.
Aku menjadi terisnpirasi dengan keteguhan, kegigihan dan
perjuanganmu dalam menghadapi segara ujian yang datang dari Allah SWT.
Semoga di hari ibu ini engkau selalu di berikan kesehatan,
kekuatan iman & Islam dalam menjalankan amanah sebagai seorang ibu &
sebagai seorang pendidik.
Terimakasih duhai istriku telah mau menemaniku mengarungi
samudra kehidupan ini selam sebelas tahun bersamamu.
Dan mari kita singkap bersama indahnya mawaddah, wa rohmah
dalam bingkai keluarga yang sakinah dan dakwah.
Tengah malam di coal project Tabang, 2 Des’2016
Salam,Dari Suamimu yg jauh darimu di pedalaman Kaltim,
No comments :
Post a Comment