Tresno - Makaryo - Guyub )|( Ngajewantahaken Indonesia Ingkang Adil lan Sejahtera

Friday, February 10, 2017

Akan Indah pada watunya.

Siang itu di ruang tamu rumah saya mencoba menghubungi bagian pelayanan sebuah RS Jantung pusat di Jakarta, beberapa kali nada sambungnya selalu sibuk tut.. tuut… tuuuttt, karena sudah beberapa kali mencoba menelpon tp gak bisa nyambung juga kuletakkan HP di meja, karena  sudah merasa capek dan lelah. Di saat saya sudah merasa putus asa engkau menyarankan untuk mencoba menelpon lagi beberapa kali saya mencoba masih belum bisa nymabung juga, karena mungkin saking padatnya telpon di rumah sakit jantung pusat ini. “Nanti  coba di telpon lagi bi, siapa tahu bisa nyambung” saranmu padaku. Setelah selang setengah jam ku mencoba utk menghubungi lagi dan alhmadulillah akhirnya bisa nyambung . “Hallo selamat siang dengan bagian pelayanan RS. Xxxxx 

(nama saya samarkan), ada yang bisa kami bantu?” suara seorang wanita dari seberang telepon sana. “saya orang tua dari anak Hilmi dengan no. Rekam Medis 201539xxxx, mau mengkonfirmasi jadwal operasi anak saya tersebut bagaimana?” sahutku.“sebentar pak saya cek dulu, …….., heemmmm……, anak Hilmi ini sudah mendaftar pada bulan Oktober 2015 lalu dan mendapat jadwal pada tgl 19 Februari 2016 ya  pak, tapi  ruang ICU & IW masih penuh karena masih ada renovasi gedung jadi ada kemungkinan besar akan mundur, tapi Hilmi di bawa saja ke sini gak papa seminggu sebelum jadwal operasinya,  dan jangan lupa pemeriksaan dokter sebagai penunjang  persyaratan operasi harus disiapkan juga””OK makasih” jawabku singkat dan menutup percakapan itu.
Aku jadi gundah karena jadwal operasi dik Hilmi bakal termundurkan karena berbagai alasan, pikiran jadi gak tenang, gak focus, hati jadi gelisah memikirkan nasib buah hati kami yang baru berumur 11 bulan harus menahan derita rasa sakit karena diagnosa kelainan jantung bocor  dan penyempitan pembuluh darah  bawaan dari lahir. Kondisi fisiknya yang kurus, berat badannya tidak naik - naik, dan sangat rentan sekali sakit membuat orang yg melihatnya akan merasa kasihan & menaruh iba.

Tak terasa menetes air mata ini….. Ya Allah kuatkanlah kami dalam menghadapi ujian ini.“ “Lho kok abi menangis….., Ayo  kita persiapkan  dokumen – dokumen pendukung pemeriksaan dari dokter THT, dokter Anak, dokter jantung, surat rujukan dari RS Karyadi Semarang, Rujukan dari BPJS dan dokumen pendukung lainnya, apapaun yang terjadi kita harus berusaha semaksimal mungkin.” engkau menyemangatiku. “ I iiya dik, abi sekalian beli tiket kereta untuk keberangkatan hari Senin nanti ya”  jawabku.



Senin malam kami bertiga saya, engkau dan ananda Hilmi,  berangkat  ke Jakarta dalam rangka ikhtiar demi kesembuhan buah hati kami, di dalam kereta api engkau selalu membesarkan hatiku bahwa yg kita hadapi kali ini adalah ujian dari Allah SWT maka kita harus senantiasa bersabar, dan engkau selalu menyemangatiku dalam menghadapi ujian ini. Dan didalam keseharianmu pun walau engkau sudah capek dari pagi sampai menjelang sore mengajar di salah satu sekolah swasta di kota Cepu, engkau tetap semangat dalam menjalankan tugas – tugas rumah tangga, mengasuh dan mendidik dua orang anak kita dengan sabar, tidak nampak kelelahan dalam aura wajahmu, di setiap sepertiga malam terakhir engkau pun lah yang selalu membangunkanku untuk bermunajat dan memohon kepada Allah SWT demi kebaikan keluarga kecil kita.  bahkan dari raut wajahmu terpancar ke optimisan sebagai seorang ibu yang mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan ke seluruh anggota keluarga.

 Selasa subuh sampai di Jakarta  langsung menuju rumah kost di belakang Rumah Sakit Jantung terbesar di Indonesia ini,  yg sudah saya pesan sebelumnya lewat saudara. Kami istirahat sejenak, kemudian jam 8:30 pagi kami langsung menuju bagian pendaftaran ternyata antriannya panjang banget, yg kami tuju adalah poli jantung anak, kami mendapat antrian nomor 23  perkiraan akan di layani jam 13:30. tapi ternyata perkiraan pelayanan itu meleset kami baru selesai konsultasi dengan dokter jantung anak serta echo sekitar jam 19:00 betapa capek dan lemahnya kondisi fisikmu dari semalam perjalanan dan seharian penuh ngantri di rumah sakit. Kita langsung pulang ke kost sekalian nyari makan malam di sekitar belakang rumah sakit yang memang banyak para penjualnya  yang mana menangkap peluang usaha makanan dengan sasaran pelanggan kepada para keluarga pasien.

“Dik sekarang dipakai istirahat saja dulu besok kita lanjut pemeriksaan ke dokter bedah jantung anak.” pintaku padamu, “ iya bi, tapi kita harus menyiapkan dokumen utk besok dari sekarang biar besok tidak ada yg tercecer.”

 Pagi – pagi saya mendaftar di poli bedah jantung anak, kemudian kami menunggu depan poli, sambil menunggu antrian kami berbagi cerita dan tukar pengalaman sesama keluarga pasien tentang kondisi dan keluhan anak – anak kami. Hari sudah beranjak siang bahkan sudah lewat sholat Dhuhur, tapi kok anak Hilmi belum di panggil – panggil utk masuk? Saya memberanikan diri  masuk ke ruang  dokter menanyakan, setelah tanya sana sini ke susternya ternyata file rekam medis nya Hilmi belum ada dan belum sampai ke poli bedah. Duh betapa jengkel dan ingin  marah sama susternya kenapa gak bialng dari tadi sudah menunggu sekian lama baru diberi tahu kalau filenya belum ada,  untungnya ada engkau istriku yg selalu menenangkan diriku, Astagfirullah hal adzim…. Kutenangkan hati ini, lalu ku cari sendiri file nya ke ruang rekam medis di bagian belakang poli jantung. Setelah dapat kami mengantri lagi di poli bedah jantung anak. “Pak ini kemungkinan besar operasinya Hilmi di undur karena ruang ICU masih penuh” kata dokter…, “lha sampai kapan di undurnya Dok?” tanyaku, “nanti akan dikabari bagian penjadwalan pak, ini saya kasih dulu  rujukan untuk periksa ke dokter Gigi, THT,  dan dokter anestasi, jalani dulu  pemeriksaannya sampai selesai ”. “Dok, ini saya sudah membawa hasil pemeriksaan dari dokter di rumah sakit di Cepu Dok”. Kemudian dokter melihat hasil pemeriksaan itu “Ini sudah lebih seminggu pak dan harus periksa ulang, karena kondisi anak harus benar – benar fit saat akan operasi”.

Jam dinding  yng menempel di dinding ruang tunggu sudah menunjukkan pukul 3 sore, kami langsung pulang ke kost.

 Kami menjalani hari demi hari di lingkunang Rumah sakit specialis jantung ini dari pagi hingga siang hari demi ikhtiar untuk kesembuhan buah hati kami, menjalani rangkaian pemeriksaam pra operasi ke Poli Gigi, THT, Rontgen, dll setelah semua persyaratan operasi kami dapatkan besok kami berencana ke poli Anestasi yg mana merupakan persyaratan pemeriksaan terakhir sebelum operasi. 

Sore hari di rumah kost dengan sabar dan telalen engkau memandikan, mengganti popok, mengganti baju, menyuapin dan merawat dik Hilmi  tanpa terbesit kelelahan sedikitpun dari wajahmu.  “Bi ini Hilmi kok badannya panas dan batuk, bagaimana ini bi padahal besok harus ke dokter Anestasi?” “gak papa mi besok kita harus tetap ke dokter anestasi”.

Ke esokan harinya tanpa menunggu begitu lama karena memang antrian di dokter anestasi ini tidak begitu banyak seperti di poli – poli yang lainnya, sekitar jam 11 kami sudah konsultai dengan dokter anestasi berharap bisa segera dapat rekomendasi utk dilakukan operasi.

Setelah melalukan pemeriksaan dokter anestasi bilang ”Hemmm… ini dik Hilmi lagi batuk pilek, kondisinya juga lagi ngedrop jadi belum bisa di lakukan operasi, kondisinya harus benar benar sehat dan fit jadi ini saya kasih rujukan lagi untuk kembali ke dokter THT” “tapi Dok kami sudah lama menungu setiap hari bolak – balik dari kost ke sini” dengan tidak sabar saya menjawab pernyataan dokter anetasi ini. “Sudahlah bi, kita ikuti saja saran dari dokter semoga ini yang terbaik untuk dik Hilmi” engkau menenangkan ku lagi.

Hari ini kami pulang ke kost dengan kondisi belum mendapat kepastian kapan jadwal operasi anak kami.

Dengan membawa surat rujukan dari dokter Anestasi kami ke poli anak dan THT di rumah sakit Anak & Bunda yang letaknya satu komplek dengan rumah sakit ini dimana anak kami di rawat, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu kami terus berikhtiar di poli THT setiap 4 hari sekali kami periksakan di Hilmi untuk mengetahui perkembangannya sampai 3 mingguan alhamdulillah ikhtiar di THT sudah mendapat rujukan balik ke dokter Anestasi.

“Bi jadwal konsultasi di dokter Anestasi  untuk besok senin gak ada, adanya hari Selasa” “ya dik hari selasa saja kita konsultasi lagi, besok kita istirahat saja di kost”  seharian istirahat di kost engkau selalu menasehatiku agar lebih bersabar dan menerima dengan ikhklas atas ujian Allah ini.

“Bi anak sekolah itu kalau mau naik kelas pasti  ada ujiannya, demikian pula manusia, Insyaallah dengan lantaran ujian ini Allah SWT akan menaikkan kelas derajat kita” “heemmm….   iya dik,  ku akan berusaha bersabar dan mencoba untuk ikhlas atas ujian ini”.

Tak terasa kurang lebih sebulan lamanya kami berada di ibu kota negara ini dalam rangka ikhtiar kesembuhan si kecil anak kami, setelah sekian lama kami banyak mengenal sesama orang tua dari pasien anak yang diagnosanya seperti dik Hilmi, kami berbagi pengalaman, suka dan duka, perkembangan anak – anak kami, dan sharing berbagai hal mengenai pengalaman kita bagaimana menangani secara mandiri bila kondisinya ngedrop dan sakit.  

 Alhamdulillah hasil konsultasi dari dokter anestasi dik Hilmi sudah fit dan mendapat rekomendasi untuk bisa di Operasi. “Sekarang bapak & ibu silahkan menghubungi lagi bagian ruang operasi yag ada di lantai 8 gedung perawatan II” kata dokter Anestasi, tanpa membuang waktu lama kami segera menuju Gedung Perawatan II yg letaknya paling belakang di Rumah sakit ini ini. Sampai di lantai 8 kami langsung menuju ruang bagian penjadwalan operasi “Maaf pak ruang ICU masih penuh” jawaban dari ibu bagian penjadwalan “Tapi Bu kapan kami dapat jadwalnya, ini dik Hilmi lagi sehat sehatnya, kita khawatir dia ngedrop lagi” sanggahku, “bapak bisa ke sini lagi dua hari lagi atau nanti kami hubungi via telpon”.

 Dua hari berselang kami menunggu tidak ada petugas menghubungi kami, kemudian saya ke gedung perawatan II lantai 8 untuk menanyakan jadwalnya lagi. Menunggu di ruang tunggu lantaI 8  karena petugasnya lagi keluar ada rapat. Sekian lama menunggu petugasnya kelihatan sudah masuk ruangannya, maka saya langsung menyusul masuk ke ruangnnya menanyakan hal sama spt  dua hari yang lalu “Besok Senin siang bapak kesini lagi atau nanti kalau sudah ada rung ICU kosong dik Hilmi kita prioritaskan dan kita hubungi lewat telpon”  kata petugasnya. “iya bu makasih jawabku”. Aku langsung pulang ke kost dengan harapan hari Senin depan sudah dapat jadwal. Sampai di rumah kost engkau menanyakan lagi “Bagaimana bi sudah dapat jadwal belum?” “Belum dik, hari Senin depan kita di suruh kesana lagi sambil  menunggu kabar via telpon”. Hari Jum’at, Sabtu, Minggu kami menunggu kabar via telpon dari petugas penjadwalan tidak kunjung ada juga.

Hari senin siang saya kembali ke ruang penjadwalan menemui petugasnya untuk minta jadwal operasi. Sesampainya di lantai 8 saya langsung menuju ruangan penjadwalan menanyakan jadwal di Hilmi. “Belum pak ruangan ICU msih penuh sampai sekarang masih penuh” “lha katanya hari senin di suruh ke sini bu” “iya tapi ini masih peenuuuhhhh, nanti hari kamis datag lagi ke sini atau tunggu saja kami menelepon” dengan suara nada tinggi petugasnya memarahiku. Ingat pesan istri, saya harus tetap bersabar jangan terbawa ikut – ikutan marah, karena kita lagi butuh pertolongan mereka.  

Hari – hari sambil menunggu telpon kami lalui di kost, dengan menjaga kesehatan dik Hilmi agar jangan sampai ngedrop lagi, setiap pagi selalu kita jemur agar dapat vitamin D untuk menguatkan fisiknya.

“kok petugas nya blm ada nelpon lagi ya dik” tanyakau pada engkau. “Sabar bi, mungkin nanti siang atau sore atau kalau gak besok Kamis kita sama – sama ke sana, saya dan dik Hilmi ikut juga”.

 Sampai hari Rabu sore belum ada kabar juga, sudah hampir 2 minggu setelah dik Hilmi di rekomendasikan untuk opersi tp belum dapat jadwal operasi juga.

Kamis siang kami bersiap menuju ruang penjadwalan lagi di lantai 8,  sampai di ruang penjadwalan petugasnya tidak ada, kami menunggu di ruang tunggu. Setelah setengah jam menunggu ada petugasnya datang di depan lorong jalan menuju ruangannya kami cegat utk menanyakan jadwal operasi lagi,

”Bapak & Ibu khan sudah saya bilangin tunggu ya tunggu atau nanti kita hubungin via telpon, sampai sekarang ruang ICU masih penuh” kata petugas itu masih seperti yg kemarin jawabannya “tapi bu kami takut dik Hilmi ngedrop lagi” jawabku. “tapi pak rungan masih peenuuhhhh” jawaban petugas itu dengan nada tinggi. Tanpa sengaja dengan tatapan kosong mataku dan matamu beradu pandang, dengan perasaan sedih dan galau kami harus pulang ke kost. Dalam perjalanan turun dari lift tumpahlah air matamu, engkau menganis dengan menggenggam erat tanganku, dan tanpa kusadari air mataku juga menetes di pipiku.   sampai rumah kost kita tidak ada saling berkata – kata. Saya tahu pasti engkau sangat sedih, khawatir dan kecewa begitu menghadapi kenyataan seperti ini begitu juga dengan diriku. 

Sore hari di rumah kost hatiku  masih gundah dan gelisah tapi dengan suara yg lembut engkau menenangkan diriku lagi, “sudahlah bi, kita bersabar dulu, kita tunggu tepon dari bagian penjadwalan operasi saja, saya yakin skenario dari Allah ini pasti akan indah pada waktunya” duh betapa sabar dan dewasanya engkau duhai istriku, di saat aku sedang tak berdaya engkau selalu menguatkanku. Engkaulah inspirasi dan motivator utamaku dalam menghadapi kehidupanku saat ini.

Hari demi hari kita lalui bersama lagi di rumah kost lagi, hampir 2 bulan  lamanya kita ikhtiar di Ibu Kota Jakarta ini.

“Bi kita harus optimis Senin siang nanti kita coba lagi ke ruang penjadwalan ya” katamu pada diriku, “iya dik Senin siang saja kita ke sananya” jawabku.

Senin siang kita sudah menunggu di ruang penjadwalan kita di persilahkan masuk. “ini dik Hilmi ya” tanya petugasnya “iya bu” jawab mu, “Oh pas sekali  ini surat jadwal operasinya, sore nanti bisa langgung ke bagian ruang rawat inap untuk mengurus segala persyaratnnya” “Alhamdulillahirrohmanirrohim” jawab kita bersama. Memang hidup, mati, rejeki & jodoh seseorang itu adalah rahasia Allah, Allah akan memberikan yang terbaik pada hambaNya pada saat yang tepat, tidak bisa di majukan dan tidak bisa di mundurkan.  Pun begitu Allah akan memberikan bukan apa yang kita inginkan tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan pada saat sudah tepat waktunya, karena Allah lebih mengetahui di balik proses usaha hambaNya.  

 Kita langsung menuju ruang pengurusan  rawat inap, Alhamdulillah semuanya Allah mudahkan, setelah ambil lab darah sore harinya  langsung masuk ruang perawatan  utk persiapan operasi besok paginya.

Pagi hari sebelum operasi kami di briefing utk persiapan operasi, di beri penjelasan tindakan apa yang akan di lakukan dan segala kemungkinan resiko terburuk operasi jantung ini. Lalu saya menandatangani surat operasi ini dengan engkau menjadi saksinya.

Jam 8 pagi, saat memakai baju warna hijau utk mengantarkan dik Hilmi masuk ruang operasi kau peluk erat dik Hilmi, ku lihat tampak sekali wajahmu tegang dengan rasa khawatir yang dalam.

Hanya beberapa menit di ruang operasi engkau di persilahkan meninggalkan ruang operasi, kita di minta menunggu di lantai 1, di dalam lift engkau menahan tangismu, engkau tampak tabah menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Sambil menuggu jalannya operasi kita saling menguatkan apapaun yg terjadi adalah kehendak Allah SWT,  Allah lebih tahu yang terbaik untuk hambaNya.

Jam 2 menjelang sore hari kami dapat panggilan dari security untuk menuju lantai 8, ada apa gerangan kami berdua bertanya tanya. Sampai di lantai 8 ada salah satu dokter menemui kami “Pak & Bu ini Operasinya sudah selesai, tp kondisi pasien belum sadar, tidak lama lagi akan kita pindahkan ke ruang ICU” “Alhamdulillah terimakasih Dok” jawabku. Tidak lama kemudian buah hati kami di pindahkan ke ruang ICU kami hanya boleh melihatnya dari luar ruangan, belum boleh masuk kecualli nanti saat jam bezuk.

 Selama 24 Jam  di ruang ICU Alhamdulillah kondisi dik Hilmi semakin membaik dan sudah sadar. “pak rencana besok pagi dik Hilmi akan kita pindahkan ke ruang Intermediate (IW)” kata dokter jaganya padaku saat jam besuk. “Syukurlah klo begitu Dok.” Jawabku.

ruang IW  adalah ruang semi Intensif care, yang mana pasien masih butuh penanganan extra ketat, peralatan medis di yang menempel di anggota tubuhnya blm di lepas,   juga masih belum boleh di tungguin kecuali di jam besuk.

Jam 17:30 menjelang magrib jam besuk tiba, aku dan engkau menuju lantai 6 ruang IW samapi di depan ruang perawat jaga kami di cepat oleh kepala Susternya. “bapak & ibu orang tua dari ananda Hilmi?” “iya benar Sus”  jawab kami “ Sebentar, bapak & ibu duduk dulu di sini akan kami jelaskan” “kenapa Sus” jawabku. “Ini tadi anak Hilmi berontak dia melepas peralatan medis yang menempel di tubuhnya, itu sangat membahayakan keselamatannya untungnya tadi suster jaga segera mengetahuinya, kalau tidak sangat berbahaya, jadi harus ada bantuan dari salah satu orang tuanya utk menjaga Hilmi”. “ Ya Allah ujian apalagi yang engkau berikan pada hambamu ini.”  Gumamku, “Sudahlah bi tetap bersabar & tenangkan diri, biar saya saja yg menjaganya” jawab mu.

Semalam suntuk engkau menjaga dik Hilmi dengan menahan rasa kantuk dan lelah yg hebat, tapi saat aku mau menggantikanmua engka umenjawab, “sudahlah abi istirahat aja dulu, nanti gantiin umi pas umi mau sholat & makan saja”.

Betapa hebat & luarbiasanya dirimu, aku tahu engkau sangat lelah tapi engkau menyembunyikan rasa lelahmu itu di balik ketabahanmu. Jam 01.30 dini hari ku telpon ternyata engkau masih terjaga menjaga dik Hilmi yg mana tadi juga habis berontak lagi, engkau menceritakan bahkan engkau sempat dimarahin sama susternya karena membuat sedikit kegaduhan di ruang IW.

Pagi harinya engkau saya minta instirahat dulu untuk memulihkan tenaga, biar pagi ini saya yang jaga.

Sebelum di pindah ke ruang peerawatan dokter juga melakukan pemeriksaan lengkap dengan rontgen utk memastikan bahwa pasien sudah layak untuk di pindahka.  Setelah di rontgen oleh petugas medis dan dipagi hari saat kunjungan dokter bedah memeriksa Hilmi  “Maaf pak ini ada di temukan pneumothorax jadi harus di lakukan tindakan lagi.” “Apa Dok…” jawabku, “Pneumothorax  adalah angin yg terperangkap di sela paru paru pasca operasi kemarin, dan kalau tidak di keluarkan bisa membesar dan membahayakan pasien”. Nyesek rasanya hatiku mendengar penjelasan dari dokter tadi, ingin rasanya ku berteriak…,   Allahhu Akbar…., kepada siapa lagi kami memohon ya Allah,  hanya kepadaMu lah kami memohon ampun dan minta Pertolongan Ya Allah, Ya Allah engkaulah yang maha penyembuh maka sembuhkanlah buah hati kami ya Allah.

Siang hari setelah Sholat Duhur engkau datang ku ceritakan semua padamu apa yang sudah di jelaskan dokter tadi pagi. Kulihat Nampak engkau tetap tegar dibalik wajahmu yg masih kelelahan, lagi – lagi engkau menguatkanku utntuk tetap bersabar dan meyerahkan ini semua kepada Allah, manusia hanya bisa berusaha dan berproses, tapi semua keputusan dan hasilnya hanya Allah yang menentukan.

Saya tandatangani lagi surat persetujuan tidakan untuk  pengeluaran pneumothorax dengan segala resiko yg ada di dalamnya. Tindakan kali ini bisa di lakukan di ruang IW, pasien di bius total lagi, Alhamdulillah tindakan tidak terlalu lama, sekitar 2 jam.   Setealah dilakukan tindakan pasien boleh di tungguin lagi.  

Kembali di ruang IW dengan sabar dan telaten siang dan malam engkau selalu menjaga  dik Hilmi tanpa mengenal capek & lelah, engkau hanya mau tak gantiin jaga pas lagi makan dan sholat saja atau saat dirimu benar – benar ngantuk & lelah banget.   Ini merupakan pengalaman yang sungguh sangat luar biasa selama aku menemani hidupmu duhai istriku.  Seminggu di ruang IW dik Hilmi bisa di pindahkan di ruang perawatan, walau alat bantu  pneumothorak masih terpasang di badannya.

Di ruang perawatan perkembangan kesehatan dik Hilmi selalu di monitor membaik dan terus membaik baik dari segi fisik dan mentalnya, seminggu di ruang perawatan di echo lagi dan alhamdulillah hasilnya baik. Dan ke esokan harinya bisa kita di persilahkan mengurus surat pulang pasien dan perjanjian control.

 Memang Allah SWT benar benar menguji kesabaran kita dengan proses kita kali ini dan terkadang saya kurang sabar, saya meminta bunga mawar tapi malah mendapatkan bunga katkus yang penuh dengan duri, tetapi ternyata bunga katkus yang penuh dengan duri itu akan mekar dan indah pada waktunya.

Dan engkaulah istri yang bisa menjadi penyejuk dahaga  dihatiku, teman curhat dan motivator bagi suamimu, engkau adalah ibu yang sangat hebat untuk anak – anakku.

Aku menjadi terisnpirasi dengan keteguhan, kegigihan dan perjuanganmu dalam menghadapi segara ujian yang datang dari Allah SWT.

Semoga di hari ibu ini engkau selalu di berikan kesehatan, kekuatan iman & Islam dalam menjalankan amanah sebagai seorang ibu & sebagai seorang pendidik.

Terimakasih duhai istriku telah mau menemaniku mengarungi samudra kehidupan ini selam sebelas tahun bersamamu.

Dan mari kita singkap bersama indahnya mawaddah, wa rohmah dalam bingkai keluarga yang sakinah dan dakwah.


Tengah malam di coal project Tabang, 2 Des’2016
Salam,
Dari Suamimu yg jauh darimu di pedalaman Kaltim,
 
 

No comments :