Tresno - Makaryo - Guyub )|( Ngajewantahaken Indonesia Ingkang Adil lan Sejahtera

Thursday, April 26, 2018

Perjalanan Tanpa Kenal Lelah

Jasadku berada ditengah lautan di kapal Tidar tapi pikiranku masih dikampung halaman, menuju kota Balikpapan di awal tahun 1999 turut kerabat merantau meniggalkan kampung halaman tercinta untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Usia masih remaja baru lulus di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Jawa Tengah, bayang – bayang kedua orang tua masih belum bisa hilang dari benakku, tak terasa menetes air mata ini. Dengan terpaksa ini ku lakukan untuk mencari pekerjaan formal di Kalimantan, di tanah Jawa hanya bermodalkan  ijazah SMK saat itu sangat sulit mencari kerja, karena kondisi perekonomian Indonesia yang lagi lesu pasca krisis moneter, berita – berita di koran dan televisi hampir setiap hari di warnai dengan demonstrasi para buruh dan karyawan karena perusahaan – perusahaan mereka tempat selama ini mencari nafkah melakukan efisiensi dengan melakukan pengurangan karyawan.
Malam dengan angin laut yang dingin menusuk tulang ku menahan rasa lapar, dengan uang saku yang paspan pemberian orang tua, aku tidak berani membeli makanan diatas kapal, yang untuk ukuranku terbilang mahal. Dengan menahan rasa lapar  saya mencoba untuk pejamkan mata agar tertidur, tapi tak bisa mata ini terpejam juga. “Pak, Emak…, saya merindukanmu, ingin rasanya ku pulang kembali ke rumah hidup sederhana bersamamu kembali “gumamku dalam hati”. Masih  menahan rasa lapar pula, akhirnya keesokan hari sampai juga ku di kota harapan Balikpapan, inikah tanah impian itu? 
Menumpang dirumah saudara tentunya tidak enak bagiku untuk berpangku tangan,  saya harus bisa mandiri, harus bisa membiayai hidupku sendiri, ingat pesan orangtua sebelum berangkat merantau“Ning ngendi wae kowe kerjo sing jujur, kowe kudu nduweni manfaat marang liyan, ojo malah ngrepotno wong liyo”. (Dimana pun kamu berada harus jujur, harus bermanfaat untuk orang lain, jangan sampai menjadi beban orang lain). Maka  saya harus segera mencari kerja, apapun kerjanya yang penting halal dan bisa untuk biaya makan. Ternyata mencari kerjaan formal di Kalimantan juga susah, jauh dari anganku saat masih di Jawa dulu. Setelah melamar kesana kemari akhirnya  saya keterima bekerja mengawali karir sebagai penjaga toko dan kuli diangkut bongkar muat di wilayah Pasar Baru dengan gaji paspasan, hanya cukup untuk biaya makan 3x sehari.
Walau gaji hanya cukup buat makan, tiap akhir pekan aku tetap berusaha beli koran hanya untuk mencari lowongan pekerjaan. Dengan bekal ijazah SMK yang ku punya, aku terus mencoba dan berusaha untuk melamar pekerjaan formal yang layak untuk kukerjakan, usaha yang gigih tanpa mengenal kata putus asa, pun terus ku barengi dengan do’a di setiap sholat 5 waktu ku.  
“….Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa – apa yang ada pada diri mereka.” (QS: Ar-Ra’d :11) Alhamdulillah diakhir tahun 1999 salah satu lamaran kerjaku berhasil lolos dan aku keterima disalah satu perusahaan group dealer alat berat merek Caterpillar awal memulai babak kehidupan baru. Aku harus mengikuti kelas pendidikan dan latihan dulu selama setahun di Jakarta.
Setelah selesai masa pelatihan aku kembali ditempatkan di kota Balikpapan, Alhamdulillah kondisi keuangan mulai membaik yang sebelumnya menumpang saudara sekarang sudah bisa kost sendiri. Orang yang berpikiran maju adalah orang yang tidak mudah berpuas diri dengan hasil yang telah di raihnya, maka aku terus berusaha untuk mengembangkan diri guna meraih masa depan yang lebih baik lagi. Dengan semangat pengembangan diri ini maka di tahun 2001 saya melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Beriman ini, masuk di kelas malam.
Menjalani dua profesi sekaligus, siang menjadi karyawan dan malam harinya menjadi mahasiswa, harus pintar – pintar membagi waktu dan skala prioritas yang akan kita kerjakan lebih dulu, ketika di kantor banyak pekerjaan, maka dengan terpaksa saya harus mengorbankan waktu kuliah, begitu juga ketika masa – masa UTS atau UAS maka saya harus datang on time di kampus.
Juga penuh dengan pengorbanan, kita harus mengorbankan waktu bersantai, mengorbankan diri untuk menunda bersenang – senang dalam kehidupan dunia remaja yang penuh dengan dunia hedonisme.  pulang kerja jam lima sore langsung ke kost mandi, makan, sholat magrib berjamaah di Masjid dekat kost kemudian langsung berangkat ke kampus sampai jam sepuluh malam baru pulang, sampai kost jam setengah sebelas malam langsung tidur untuk persiapan kerja besok pagi. Saat itu saya memegang prinsip jangan menyia - nyiakan waktu selagi kesempatan itu masih ada.
Dengan kuliah lagi saya tidak hanya sekedar ngampus, untuk mengilmiahkan pemikiran di akhir pekan saya bergabung dan berusaha aktif diberbagai Organisasi kemahasiswaan, untuk pengabdian masyarakat dan tentunya untuk menambah relasi. Di intra kampus jadi kabid Rohis BEM. di Ekstra kampus jadi ketua HMI Kampus, Kabid Komunikasi Ummat HMI cabang Balikpapan. 
Hari demi hari, minggu demi minggu bulan demi bulan tak terasa kurang lebih Lima tahun sudah ku lalui romansa kehidupan dengan penuh suka dan duka ini.
Alhamdulillah di tahun 2004 saya di nyatakan lulus dalam ujian sidang skripsi dan bisa ikut wisuda. Walaupun saya kuliah dengan biaya & perjuangan sendiri di perantauan, tapi jasa kedua orang tua dalam memberikan semangat dan motivasi sangatlah besar maka saya ingin berbagi kebahagiaan dengan mengundangnya saat saya wisuda dari kampung halaman di Jawa Tengah ke kota Balikpapan walaupun saya mampunya hanya membelikan ticket kapal laut. Ku persembahkan kelulusan sarjana ku ini kepada kedua orang tuaku. Saya ingin orang tuaku menjadi bangga memiliki anak sepertiku yang dari kecil hidup di kampung dan jauh dari kehidupan kota, yang semasa masih sekolah di SMK dulu juga menjadi tukang pencari rumput, menggembala sapi, bahkan menjadi buruh tani hanya demi mencari uang tambahan utk membayar SPP yang terbilang mahal untuk sebuah sekolah menegah di Jawa Tengah.
Ketika usiaku sudah semakin dewasa dan teman – teman sebayaku sudah pada menikah & menggendong buah hati mereka, dihati kecil ini pun punya keinginan seperti mereka.Tapi diri ini masih ragu sanggupkah aku memberi nafkah kepada istri & anak – anakku nanti? Hati ini senantiasa berbolak balik, maju mundur antara iya dan tidak, maka senantiasa kupanjatkan do’a  kepada Allah SWT di sepertiga malam terakhir yang hening setelah tahajud
Ya Allah…..
Bila kelak hamba menjadi suami seseorang wanita yang ku cinta
Izinkanlah diri hamba menjadi pelindung baginya
Izinkanlah mata hamba menjadi keteduhan baginya
Izinkanlah pundak hamba menjadi tempat melepas keresahan baginya.
Izinkanlah  setiap perkataan dan tingkah laku hamba menjadi kesejukan baginya.
Aammiinn…
Alhamdulillah pada saatnya setelah hati dan diri ini merasa mantap, Allah SWT mempertemukan saya dengan seorang wanita yang cocok dengan kriteria yang saya panjatkan dalam doa tanpa melalui pacaran sebagaimana anak – anak muda jaman sekarang. Dalam kesederhanaan kami menikah, yang penting adalah bagaimana menghadapai masa – masa hidup bersama setelah pernikahan kedepannya.
Ternyata menikah itu membawa rejeki yang semula saya ragu mengenai nafkah istri kini aku menjadi lebih yakin banwa Allah itu tidak akan salah memberikan rejeki pada hambanya. Beberapa bulan setelah menikah saya mendapat tawaran kerja disalah satu perusahaan kontraktor pertambangan untuk bergabung di team plant dengan posisi lebih bagus. Maka untuk para bujangan janganlah ragu untuk segera berumah tangga ketika kerja sudah mapan, hati & diri sudah merasa siap insyaallah Allah akan memberikan rejeki yang tak terduga.
Duabelas tahun kemudian dengan pasang surutnya harga batu bara, juga berdampak dalam perjalanan karirku beberapa kali pindah perusahaan di lokasi proyek tambang, akhirnya Allah SWT memberikan saya jalan untuk bergabung dengan salah perusahaan swasta Nasional kontraktor pertambangan terbesar, setelah melaksanakan serangkaian seleksi recruitment, interview,  test medical Checkup, maka saya di nyatakan lolos dan bergabung di team Plant Support di Kantor Pusat Jakarta, sekaligus mewujudkan impianku sewaktu masih di kampung dulu untuk “menaklukkan” Ibu kota.
Ahad tengah malam, dikampung halaman tercinta Cepu.
11 Maret 2018,
@kangkirno

No comments :