Jadi
pekerja tambang yang pernah penulis alami berangkat pagi – pagi sebelum sholat Subuh bahkan
suara ayam berkokokpun belum terdengar, tetapi kita para karyawan sudah
ditungguin bus yang setia mengantar dan menjemput sampai ke lokasi tambang. tiap
hari saya berangkat kerja jam 04:30 dan melaksanakan sholat subuh berjamaah
bersama para pekerja tambang yang lainnya di mushola lokasi tempat kita
bekerja, karena bila saya ikut jamaah di
masjid yang ada didekat rumah kontrakan pasti ketinggalan bus, bekerja
dilapangan memang memerlukan ketahanan fisik & kekuatan mental, karena yang
kita hadapi adalah pekerjaan yang berisiko tinggi belum lagi bertemu dengan
orang yang dari berbagai macam latar belakang dan karakter yang berbeda jadi ya harus sabar dan ikhlas
menjalaninya.
Sore
itu jam ditanganku menunjukkan pukul 18:45 sampai didepan penginapan mess
karyawan saya turun dari bus untuk mengambil jatah nasi bungkus, cucian baju
kerja dan sekalian mandi karena sudah 2 minggu lebih air tidak mangalir dirumah
kontrakan. “Pak nasi bungkus dan bajunya
ada diatas meja samping tempat makan non staff ya” kata salah seorang
karyawan penginapan “iya dik makasih ya” jawabku. Setelah kuambil saya langsung pulang ke
kontrakan dengan jalan kaki.
“Assalamualaikum…!
Istriku dimana ya kok gak ada jawaban, saya langsung aja masuk Oh…ternyata
istriku lagi sholat magrib, saya pun langsung menaruh barang – barang bawaanku
dan langsung ganti baju. Setelah istriku selesai sholat langsung menyambutku
dengan mencium tanganku duh.... betapa bahagianya hati ini alhamdulillah saya
dikaruniai oleh Allah istri yang insyaallah masuk kategori solehah dan
kebetulan saat itu kami masih pengantin baru. kemudian saya ambil air wudhu dan
langsung sholat magrib, setelah Magrib saya & istri makan nasi bungkus
jatah dari penginapan, yach itung – itung sambil berhemat karena kita hidup diperantauan
jauh dari keluarga. Sambil nunggu Isya kami tilawah qur’an lalu ngobrol hal –
hal ringan, aduh badan terasa pegal – pegal dan capek banget setelah seharian
bekerja 12 jam di tambang, tiba – tiba SMS masuk di handphone bututku setelah
ku buka ternyata dari akh Muliadi
“Aslm akh jgn lupa nanti ba’da isya kita
silatrahim dg ikhwah DPC PKS Bengalon di rumahnya pak ketua DPC untuk
memfollowup taklim pekanan.”
Duh
hampir aja saya lupa dengan agenda yg sudah kami agendakan sepekan yang lalu
itu. “Toyib akhi, ntar ane mbonceng motor
antum ya!’ Tidak lama suara adzan isya’ dari masjid Assalam yang berada didepan
rumah kontrakan berkumandang. Saya pun bergegas menuju masjid, memang lebih
enak kita bila bisa sholat berjamaah selain lebih tenang & kusyu’ insyaallah
pahala kita juga akan dilipatgandakan sampai 27 kali dibanding bila kita sholat
munfarid.
Ba’da
Isya’ saya & akh Muliadi langsung meluncur kerumahnya ketua DPC PKS
Bengalon yang berada komplek dibekas base camp perusahaan kayu yang sudah
gulung tikar lantaran terimbas krisis moneter atau orang lokal sana nyebutnya
kampung PBR. Kita kesana melewati jalan yang masih asli tanah belum tersentuh
aspal, di kanan kiri jalan rawa – rawa dan melewati hutan dan masih jarang rumah
penduduk. bila hujan turun jalanan becek tidak bisa dilewati.
“Akhi,
sayang banget malam ini akhi Rudi gak bisa ikut ya…!!” kata akh Adi “iya akh
dia lagi masuk kerja malam” jawabku, Akhi Rudi adalah teman saya kerja di
perusahaan kontraktor pertambangan, tetapi dulu kuliahnya satu almamater sama
akh Muliadi dan sama – sama aktif di Lembaga dakwah kampus.
“Akhi
nanti agenda apa aja yang akan kita bahas? Tanya akh Muliadi pada saya, Apa ya
akh biar mereka tertarik & Taklim rutin ini bisa jalan, ini aja akh biar
mereka senang kasih aja informasi – informasi yang terbaru dari DPD PKS Sangatta”
Walaupun statusnya sudah pengurus DPC tetapi mereka belum kader terbina ditarbiyah
ya memang karena desa ini sangat jauh dari kota Sangata jadi ikhwah kita masih
agak susah menjaangkau dakwah di daerah ini.
“Akhi ini adalah tahapan kita untuk
dakwah dimasyarakat, inilah dakwah yang sesunggunhnya, berbeda banget bila
dibandingkan ketika kita dakwah di kampus yang semuanya serba ideal &
masyarakat kampus yang penuh dengan dinamika pemikiran.”
Kata saya pada akh Muliadi “Iya akh,
disini masyarakatnya heterogen mulai dari berkebun, nelayan, ada yang jadi
pekerja tambang, ada yang pedagang kecil, kita harus ngerti apa keinginan dan
kebutuhan mereka” jawab Akh Muliadi, “Mereka
lebih mengutamakan kepentingan ekonomi, buat apa mereka ngaji tapi perut lapar”
kata saya, “Iya inilah tantangan buat
kita untuk berdakwah dimasyarakat sini” sahut akh Muliadi. Tak terasa diskusi
diperjalanan yg sepi itu kita sudah sampai di rumah ketua DPC PKS Bengalon yang
dari tadi sudah nungguin, kita pun langsung dipersilahkan masuk, sambil
nungguin temen- temen yang lain kita sambil ngobrol, sudah ada sekitar 8 orang
di ruang tamu termasuk, tetapi DPRa yang dari Sepaso selatan belum ada kelihatan,
maka ketua DPC nelpon ke ketua DPRa dan ternyata dirumah ketua DPRa tersebut
kita malah ditungguin, wah...., miskomunikasi dan ternyata dirumah ketua DPRa
Sepaso selatan juga sudah banyak pengurus yang kumpul. Setelah dicapai
kesepakatan antara kita, maka demi cinta kita yang ngalah untuk kesana dan
sambil silaturahmi ke Sepaso selatan yang memang desanya agak terpencil, untuk
mencapai kesana kita harus naik perahu kecil menyeberangi sungai Bengalon, jadi
kendaraan kita parkir diseberang. “Awas akhi hati – hati, berani gak naik
perahu” kata akh Muliadi “Ok akh jangan kuatir” jawabku. Ooo pengalaman perjalanan
dakwah yang luar biasa & mendebarkan bagiku, tengah malam begini harus
menyeberangi sungai yang arusnya deras dengan perahu kecil yang dimuati 4 orang,
bibir perahunya hampir menyentuh permukaan air. Itu semua kita lakukan aats
dasar karena cinta terhadap dakwah ini.
Sesampainya
diseberang kita harus berjalan kaki lagi untuk sampai dirumahnya ketua DPRa,
alhamdulillah semuanya sudah masuk sampai dan acarapun segera dimulai setelah
dibuka oleh tokoh agama setempat selanjutnya untuk awal pertemuan ini kita
saling memperkenalkan diri dan menanggapi apa aspirasi dan keinginan warga
disini. Ternyata memang berbeda banget dengan ketika kita masih dakwah dikampus
disini mereka minta ini – itu yang berhubungan dengan kebutuhan sehari – hari.
Ada yang minta dibuatkan proposal untuk kelompok taninya, ada yang minta
diperbaikin masjidnya dll. Tapi yang membuat senang mereka tetap semangat
bahkan mereka minta kita sering – sering ngadain silaturahmi, insyaallah
kedepannya akan kita buat agenda taklim pekanan.
Tak
terasa sudah jam 22:15 , kita langsung pamitan untuk pulang degan naik sampan
lagi kita menyebrangi sungai. Setelah sampai diseberang saya dan akh Muliadi
langsung ngambil motor melanjutkan perjalanan pulang menerjang dinginnya angin
malam melewati jalan tanah yg becek belum beraspal dikanan kiri jalan kita
lewati rawa dan hutan. Sampai rumah pukul 23.45 “Duh… pasti istriku dah
nungguin dirumah atau mungkin dah ketiduran” setelah sampai rumah istriku
membukakan pintu, ternyata belum tidur dan masih nungguin saya pulang.
“Dik
afwan ya, pulang agak malam tadi acaranya tidak jadi ditempatnya ketua DPC tapi
ditempat saudara kita yang rumahnya diseberang sungai Sepaso Selatan.” “Iya sudah gak papa bi memang dakwah ini
membutuhkan pengorbanan, sekarang abi harus istirahat dulu, besok abi harus kerja lagi” jawab istriku”.
Biarpun
sangat melelahkan tapi kita merasa senang bisa melakukan semua ini, kita silaturahmi ke saudara – saudara kita yang ada
dipelosok desa Bengalon Kutai Timur, justru dengna dakwah inilah yang membuat kita
menjadi lebih bersemangat untuk menjalani hari – hari hidup ini, itu semua kita
lakuakan karena rasa cinta terhadap jalan dakwah ini.
*Penulis:@kang_kirno on Twitter
1 comment :
assalamualaikum akh
perkenalkan ana andi, sedang mencari majelis ilmu untuk daerah cepu, karena ana sedang training di pusdiklat migas dari tanggal 29 april sampai 2 agustus 2013,
jika memiliki info mohon bisa menginformasikannya ke no ana
085389466362
jazakalah'
Post a Comment